5 bulan
lalu kita bertemu di sini, di sudut Cafe favoritmu. Seperti yang sudah kamu
janjikan padaku. Hari itu adalah perayaan ulang tahunmu. Masih basah di
lembaran ingatanku, kata-kata dari mulutmu waktu itu. Untaian kalimat yang membuat
seisi duniaku memekarkan bunga.
“Ayo
kita main salju di negeri sana! Sekalian kuliah juga!” ajakmu.
“Kenapa
harus aku?” balasku.
“Karena
kamu yang paling bisa aku ajak!” katamu dengan wajah cerah penuh semangat.
Seperti biasa, kamu sangat optimis dengan semua impianmu.
Aku
mengangguk. “Kalau begitu, aku ikut!”
Kita berdua bodoh dan tidak tahu apa-apa. Aku tidak tahu apa alasanmu mengajakku pergi.
Di sisi lain, kamu tidak menyadari betapa bahagianya aku menerima
ajakanmu. Aku membayangkan menghabiskan musim dingin di negeri itu bersamamu. Khayalan
se-saat yang terasa bertahun-tahun lamanya.
5
bulan berlalu sejak hari itu. Aku duduk sendirian di sudut Cafe favoritmu. Hujan
turun hari ini, langit meneteskan air matanya lagi ke bumi. Aku pun sibuk meneteskan
kopi pada hati yang patah. Seraya memandangi fotomu di layar gawaiku. Sampai sekarang, aku masihlah se-bodoh dulu.
Kamu
tidak lagi ada di sini. Hanya ada aku, fotomu, dan sebuah undangan pernikahan.
Penulis: Maulana Hasan
Editor: -